ARITMATIKA SOSIAL SD - PGRI CABANG CURUG KOTA SERANG
Headlines News :
Home » » ARITMATIKA SOSIAL SD

ARITMATIKA SOSIAL SD

Written By Admin on Selasa | 02.55

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Uang merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari baik secara perorangan (individu), kelompok, negara dan perdagangan antar bangsa. Materi yang menyangkut mata uang dan penggunaannya dikenal dengan nama “Aritmetika Sosial”. Topik aritmetika sosial merupakan suatu bahan ajar yang mulai diajarkan di sekolah dasar mulai dari kelas II catur wulan ke-2 hingga kelas VI. Pengajaran dimulai dengan yang paling sederhana yaitu pengenalan mata uang, menukar mata uang ke satuan yang lebih kecil, menghitung nilai beberapa keping/lembar mata uang, membelanjakan, jual beli, untung rugi, bruto, tara, dan netto.

Dalam masyarakat modern, kehidupan manusia sangat dekat dengan penggunaan uang. Hampir setiap aktifitas berkaitan dengan penggunaan uang, baik digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga, kegiatan usaha perorangan dan badan maupun dalam bidang pemerintahan. Sehubungan dengan itu maka untuk menghayati keterkaitan antara konsep matemetika dengan praktek kehidupan yang real secara dini aritmetika sosial mulai diberikan sejak di SD kelas rendah.

B. TUJUAN
Bahan Dilat ini ditulis dengan maksud untuk memberikan bahan kajian kepada para peserta diklat instruktur/pemandu matematika SD jenjang dasar agar dapat:
1. memperoleh pengetahuan secara konkrit materi-materi esensial tentang uang dalam kegiatan perdagangan di Sekolah Dasar.
2. memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yang tepat termasuk alat peraga dan media pembelajaran yang diperlukan.
3. memperoleh wawasan keilmuan mengenai materi metode dan strategi pembelajaran aritmetika sosial di Sekolah Dasar
4. menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki kepada siswa/seko-lahnya.
5. mengimbaskan pengetahuan yang diperolehnya kepada rekan seprofesi.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang dibahas dalam topik ini adalah pembelajaran uang di SD kelas rendah (Kelas I, II, III) dan kelas tinggi (IV, V, dan VI) yang meliputi pengenalan pecahan-pecahan mata uang rupiah, jual beli, menghitung uang kembalian, menghitung harga sejumlah satuan barang jika harga sejumlah lainnya diketahui, menghitung nilai uang berdasarkan perbandingan yang diketahui, menghitung untung, rugi, persen, bunga, dan diskon, serta menghitung bruto, tara, dan netto.

D. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN
Setelah mengikuti diklat ini peserta diklat diharapkan dapat:
1. mengenalkan mata uang logam dan uang kertas hingga Rp10.000,00.
2. memperagakan secara klasikal kepada siswa kelas rendah (kelas III) cara menghitung nilai sekumpulan beberapa mata uang
3. memperagakan cara menukar mata uang ke satuan yang lebih kecil
4. memperagakan cara menghitung uang kembalian dalam suatu kegiatan belanja
5. memperagakan dengan gambar tentang perbandingan mata uang yang dimiliki oleh dua atau tiga orang anak
6. memberikan gambaran perasaan senang bersesuaian dengan untung, dan perasaan sedih bersesuaian dengan rugi
7. menggambarkan keadaan untung, rugi, dan impas: untuk harga beli, harga jual, untung dan rugi dalam rupiah dan untung rugi dalam persen. Standar 100% bersesuaian dengan harga beli (modal)
8. memberikan gambaran tentang diskon, standar 100% bersesuaian dengan harga tertera di label sebelum diberikan diskon/potongan harga/rabat berikut cara perhitungannya
9. memberikan gambaran tentang bruto, tarra, dan neto. Bruto adalah ukuran wadah dan isinya, tara adalah ukuran wadahnya saja, dan neto adalah ukuran isinya saja.



BAB II
UANG DALAM KEHIDUPAN

A. TINJAUAN SEJARAH
Sejarah peradapan manusia berevolusi (berkembang secara perlahan) mulai dari masyarakat primitif hingga masyarakat modern sekarang ini. Kehidupan masyarakat primitif bergantung pada tempat dimana mereka tinggal dan berdiam diri. Mereka selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang dianggap dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Perebutan tempat subur antar kelompok yang berpindah-pindah itu sering mengakibatkan konflik perebutan dan perampasan diantara mereka. Meskipun demikian antar kelompok atau antar suku diantara mereka sebenarnya tidak menghendaki adanya konflik, mereka cenderung menghindari konflik karena adanya keperluan hidup yang tidak terpenuhi karena adanya kelebihan produksi di suatu pihak dan kekurangan produksi di lain pihak mereka kemudian mengadakan saling tukar barang dengan barang lainnya, barang dengan hewan dan lain sebagainya yang terkenal dengan nama “barter”. Hingga kini pola tukar menukar dengan cara barter masih tetap dikenal dan sering dilakukan baik dalam kegiatan di dalam negeri maupun kegiatan antar negara khususnya di bidang perdagangan.
Kehidupan manusia, peradapan dan pola pikir yang belum begitu maju seperti sekarang ini, dimana selalu pelaksanaan perdagangan dengan sistem barter seperti itu sering kali sulit dilakukan. Kesulitan itu antara lain (Solichan Abdullah 1999 : 3) disebabkan oleh:
- Tidak ada satuan pengukur yang umum dan tepat untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang akan dipertukarkan,
- Sulit untuk menyesuaikan minat dari kedua belah pihak,
- Sulit untuk menyesuaikan jumlah permintaan dengan banyaknya barang yang tersedia.

Karena beberapa kesulitan tersebut kemudian orang-orang mencari sesuatu yang dapat dijadikan alat tukar dan dapat disetujui oleh semua pihak diantara mereka. Benda-benda yang pernah dijadikan alat tukar antara lain berupa kuda, biri-biri, porselin, padi/beras, jagung, anggur, besi, kuningan, tembaga, perak, dan emas. Benda jenis logam kemudian yang paling banyak digunakan sebagai alat tukar dan pada akhirnya hanya logam yang tidak berkarat seperti perak dan emas sajalah yang dapat dipilih. Ukuran nilai tukarnya didasarkan pada berat logam tersebut, misalnya: 1 kg perak dapat ditukar dengan satu karung gandum.
Selanjutnya karena membawa sejumlah logam dalam jumlah banyak dan berat dirasakan orang-orang saat itu, maka orang-orangpun mulai memikirkan untuk membuat suatu alat tukar dari logam yang lebih praktis. Akhirnya mulailah orang-orang membuat alat tukar dari logam dalam bentuk ukuran dan rupa tertentu (tulisan dan gambar) yang dirasakan lebih praktis dan disukai. inilah cikal bakal uang logam yang kita kenal sekarang.

B. PENGERTIAN UANG, JENIS-JENIS DAN FUNGSINYA
Sebelum membahas tentang pengajaran Aritmetika Sosial di SD yang berkait dengan penggunaan uang dalam kehidupan, gambaran sekilas tentang pengertian uang, jenis-jenis dan fungsinya yang diberikan oleh Amsa Bareta dan Lieke Bareta (Solichan Abdullah 1999: 4 – 7) adalah sebagai berikut:
1. Pengertian uang
Ada beberapa pengertian tentang uang, antara lain.
a. Secara umum, uang adalah alat yang dapat diterima untuk melakukan tukar menukar atau transaksi.
b. Berdasarkan hukum, uang adalah benda yang dirumuskan oleh undang-undang sebagai alat pembayaran yang sah.
c. Berdasarkan fungsinya dalam kegiatan sehari-hari, uang adalah suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
d. Berdasarkan nilainya, uang adalah satuan hitung untuk menyatakan nilai.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa uang adalah suatu benda dengan satuan hitung tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dalam berbagai transaksi pada wilayah tertentu, dan keberadaan serta penggunaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Jenis-jenis uang.
Uang yang beredar terdiri atas beberapa jenis, sehingga untuk mengetahui masing-masing jenis perlu suatu pengamatan khusus melalui tinjauan tertentu.
Menurut kenyataannya jenis uang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan nilai yang terkandung dalam bendanya.
Berbicara mengenai nilai uang, maka kita mengenal dua macam nilai, yaitu:
1. Nilai Nominal, yaitu nilai tetap yang dibutuhkan atau dicapkan pada uang kertas dan logam maupun uang plastik.
2. Nilai intrinsik, ialah nilai sebenarnya yang terkandung dalam benda yang digunakan sebagai uang tersebut.
Pada benda yang disebut uang, dimana terkandung nilai nominal dan nilai intrinsiknya akan terdapat kemungkinan:
a. nilai nominalnya sama dengan nilai intrinsiknya, atau,
b. nilai nominalnya lebih tinggi dari pada nilai intrinsiknya

b. Berdasarkan bahan yang digunakan
Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang dewasa ini kita kenal ada tiga jenis uang, yaitu:
1) Uang kertas, ialah uang yang terbuat dari kertas dalam ukuran tertentu dengan nilai nominal tertentu yang bentuknya persegipanjang.

Contoh:
- uang kertas Indonesia, bernilai nominal: Rp 100,00; Rp 500,00; Rp 1.000,00; Rp 5.000,00; Rp 10.000,00; Rp 20.000,00; Rp 50.000,00;
- Uang kertas Amerika Serikat bernilai nominal: $,1; $, 10; $, 20; $,100

2) Uang logam, ialah uang yang terbuat dari logam tertentu seperti emas, perak, tembaga, nikel, dan sebagainya. Bentuk uang logam ini biasanya bulat pipih dengan pinggiran bergerigi bergelombang atau rata.

Contoh:
- uang logam Indonesia, bernilai nominal Rp 50,00; Rp 100,00; Rp 500,00
- uang logam Amerika Serikat $, 10; $,0,25; $,0,50; $,1; $,2

3) Uang plastik, ialah uang yang terbuat dari plastik dalam ukuran tertentu yang bentuknya persegipanjang. Tahun 1993 indonesia telah mempunyai uang plastik yang bernilai nominal Rp 50.000,00

c. Berdasarkan produk lembaga yang mengeluarkannya.
Berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya, jenis uang dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Uang kartal, yaitu uang kertas dan logam yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah negaranya
2) Uang giral, ialah alat pembayaran berupa giro bilyet dan cek yang dikeluarkan bank kepada seseorang atau badan karena mempunyai simpanan/rekening di bank yang bersangkutan.
3) Uang kuasi, ialah uang yang tercipta karena adanya simpanan dari nasabah dalam bentuk simpanan uang berjangka berupa deposito maupun tabungan.

d. Berdasarkan negaranya.
Berdasarkan negaranya, maka uang yang dikeluarkan oleh negara sendiri disebut sebagai mata uang dalam negeri yang secara hukum hanya berlaku di negara yang bersangkutan. Uang yang dikeluarkan oleh negara lain, oleh karena yang bersangkutan disebut sebagai mata uang dalam negeri, tetapi oleh negara lainnya disebut sebagai mata uang asing (Valuta asing).
Jenis mata uang yang nilainya kuat biasanya sering digunakan sebagai alat pembayaran luar negeri yang diterima secara internasional, misalnya: dollar AS.


3. Fungsi uang sebagai suatu alat
Sesuai dengan fungsi pokoknya, uang ditujukan untuk dijadikan alat utama dalam memperlancar perdagangan. Sehubungan dengan tujuan tersebut, maka uang dapat melaksanakan empat fungsi pokok, yaitu sebagai:
a. satuan nilai, antara lain: satuan hitung, nilai ukur umum, dan standar nilai.
Contoh: satuan nilai/moneter di Indonesia disebut Rupiah, satuan nilai di AS disebut Dollar, dan sebagainya.
Kita juga mengenal adanya satuan mata uang yang terkecil yang hingga saat ini diadakan perhitungan-perhitungan masih terus berlaku, yaitu sen. Satuan sen diturunkan dari besaran rupiah yaitu satu rupiah harganya 100 sen. Tetapi mata uang yang menunjukkan satu sen saat ini tidak kita miliki. Keberlakuan besaran sen dapat dilihat pada perhitungan uang di bank misalnya bunga tabungan kita tercatat Rp 325,26 artinya nilai uang tersebut adalah “tiga ratus dua puluh lima rupiah dua puluh enam sen”
b. alat tukar, atau alat pembayaran yaitu sebagai perantara tukar menukar dalam perdagangan.
c. alat penimbun kekayaan, yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk memperoleh barang dan jasa.
d. alat penyelesaian hutang yaitu sebagai standar pembayaran tertunda

Dua fungsi yang disebutkan pertama, yaitu sebagai satuan nilai dan alat tukar merupakan fungsi primer dari uang, sedangkan dua fungsi yang disebutkan terakhir merupakan fungsi (derivatif) karena diperoleh dari fungsi primernya.



BAB III
PENGENALAN MATA UANG
DAN PENGGUNAANNYA DALAM BELANJA

A. PEMBELAJARAN MATA UANG DI KELAS RENDAH (Kelas II/2)

Dalam kehidupan sehari-hari anak sudah terbiasa dengan penggunaan uang untuk jajan khususnya membeli makanan dan minuman. Kegiatan membeli makanan dan minuman itu mungkin sudah dilakukannya sejak di taman kanak-kanak. Namun secara formal pengajaran mengenai mata uang baru dimulai di kelas II/2. Materi yang diberikan di kelas itu adalah :

• Mengenal satuan-satuan mata uang
Contoh:
Mengenal satuan-satuan mata uang 25 rupiahan, 50 rupiahan, 100 rupiahan, 500 rupiahan, dan 1000 rupiahan.

• Mengenal nilai beberapa mata uang yang sejenis
Contoh:
1 keping mata uang 100 rupiahan nilainya = 100 rupiah
2 keping nilainya = 200 rupiah
3 keping nilainya = 300 rupiah
4 keping nilainya = 400 rupiah
1 keping mata uang 200 rupiahan nilainya = 200 rupiah
2 keping nilainya = 400 rupiah
3 keping nilainya = 600 rupiah
4 keping nilainya = 800 rupiah
5 keping nilainya = 1.000 rupiah

• Menukar beberapa keping mata uang sejenis ke satuan mata uang yang lebih kecil.
Contoh:
2 lembar mata uang 1000 rupiahan ditukar denagn mata uang 200 rupiahan. Ada berapa keping?
3 lembar mata uang 1000 rupiahan ditukar denagn mata uang 500 rupiahan. Ada berapa keping?

• Menghitung nilai sekumpulan mata uang.
Contoh:
Pada gambar terdapat 4 keping mat uang 100 rupiahan, 3 keping mata uang 200 rupiahan, dan 2 keping mata uang 500 rupiahan. Siswa diminta menghitung nilai mata uang seluruhnya.

• Menghitung besarnya uang kembali dari uang yang dibelanjakan.
Contoh:
Uang 5.000 rupiahan dibelanjakan 3.400 rupiah. Berapa rupiah uang kembalinya?

Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran menggunakan alat-alat peraga berupa mata uang-mata uang tiruan (semi kongrit) kepada siswa.


1. Mengenal satuan-satuan mata uang
Siswa diperkenalkan dengan alat-alat peraga mata uang (berupa tiruan mata uang yakni mata uang 100 rupiahan, 200 rupiahan, 500 rupiahan, 1.000 rupiahan, 5.000 dan 10.000 rupiahan.
Caranya:
• Tempelkan masing-masing satuan mata uang itu satu demi satu di papan flanel. Saat guru menempelkan siswa diminta mengucapkannya. Awalnya dengan tutunan guru dan selanjutnya tanpa tuntunan hingga lancar, yakni saat guru menempelkan di papan flanel:

100 rupiahan, siswa mengucapkan 100 (seratus)
200 rupiahan, siswa mengucapkan ”dua ratus”
500 rupiahan, siswa mengucapkan “lima ratus”, dan seterusnya.
2. Mengenal nilai beberapa mata uang sejenis
Melalui kegiatan ini siswa dapat menyatakan nilai beberapa (sekelompok) mata uang sejenis seperti misalnya uang 100 rupiahan sebanyak 1 keping, 2 keping, 3 keping hingga 10 keping.
Caranya:
Saat guru menempelkan di papan tulis dua ratus
1 keping, siswa mengucapkan “seratus”
2 keping, siswa mengucapkan “dua ratus”
3 keping, siswa mengucapkan “”tiga ratus
4 keping, siswa mengucapkan “empat ratus” dan seterusnya. Pertama hingga 5 keping, yakni ”lima ratus” dan berikutnya hingga 10 keping, yakni ”seribu” dan siswa menguicapkan ”seribu”. Kegiatan diulang secukupnya dengan melepas dan menempelkan kembali ke papan flanel sampai siswa lancar mengucapkannya. Untuk membantu kelancaran siswa, awalnya dengan tuntunan guru kemudian lambat lain tuntunan ditiadakan hingga keadaan guru memperagakan, siswa mengucapkannya dengan benar dapat tercapai. Kegiatan yang sama dapat dilakukan untuk keping-keping 200 rupiahan hingga sebanyak 5 keping, keping-keping 500 rupiahan hingga sebanyak 6 keping, lembaran 1.000 rupiahan hingga sebanyak 6 lember, lembaran 5.000 rupiah sebanyak 2 lembar, dan 10.000 rupiahan hingga sebanyak 1 lembar.

3. Menukar beberapa lembar/keping mata uang sejenis ke satuan yang lebih kecil
Melalui kegiatan ini siswa dapat menyatakan banyaknya keping/lembar bila beberapa keping/lembar mata uang sejenis ditukar ke satuan mata uang yang lebih kecil. Misalnya 3 keping mata uang 200 rupiahan ditukar dengan 100 rupiahan, ada nerapa keping?, 2 keping 500 rupiahan ditukar dengan 100 rupiahan, ada berapa keping?

Caranya:
Misalkan 3 keping mata uang 200 rupiahan ditukar dengan mata uang 100 rupiahan. Tempelkan ketiga keping mata uang 200 rupiahan di papan flanel.
(Modul ini 36 halaman, untuk membaca lanjutannya disarankan telusuri di  p4tkmatematika
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. PGRI CABANG CURUG KOTA SERANG - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template